Posted on Kamis, 29 Maret 2012 Ketika Mahasiswa Harus Menulis


Ketika Mahasiswa Menulis Harus Menulis

Oleh Dhani Kurniawan

Mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran ke dalam sebuah tulisan ternyata memang sulit jika belum terbiasa. Sebenarnya sudah lama aku ingin bisa mengungkapkan dan mengabadikan apa yang ada di dalam kepalaku ke dalam tulisan. Aku sadar sehebat apapun sebuah pemikiran jika hanya disimpan dalam kepala sendiri apa artinya ? Mungkin memang bisa juga mengungkapkannya dalam perkataan kepada orang lain tetapi waktu membuktikan tulisan lebih abadi daripada sekedar ungkapan lisan yang tak pernah tercatat.
Akhir-akhir ini aku berulang kali mencoba menuangkan pikiranku ke dalam tulisan tetapi setidaknya ada dua masalah yang aku temui. Masalah pertama adalah kurangnya pengetahuanku tentang apa yang akan aku tulis ditambah lagi aku belum bisa menjadi seorang yang bisa begitu gigih dalam mencari dan menggali pengetahuan, Kedua sering kali ketika aku mulai menulis apa yang aku tulis menjadi berbeda dengan apa yang tadinya ada di dalam pikiranku. Meskipun begitu aku akan terus mencoba untuk menulis walaupun aku tidak tahu disebut apakah tulisan-tulisanku kelak.
Sebagai seorang yang mempelajari sejarah aku tahu begitu pentingnya tulisan. Ketika aku belajar mengenai sejarah bangsaku aku terkadang sedih mengapa tulisan yang harus aku baca justru bukan ditulis oleh bangsaku sendiri. Bagaimana mungkin mereka orang-orang asing lebih tahu perihal kehidupan bangsaku di masa lalu daripada bangsaku sendiri saat ini. Aku lebih sedih lagi tatkala melihat yang menjadi sumber dari tulisan-tulisan mereka hampir semuanya merupakan dokumen-dokumen yang ditulis bangsa asing dalam rangka melaksanakan penjajahan di negeriku ini. Kejadian ini banyak sekali aku temui terutama peenulisan sejarah yang berkaitan dengan sebuah masa dimana negeriku dibawah pengaruh atau lebih tepatnya dijajah bangsa asing.
Sayangnya berdasarkan pengamatanku sampai saat ini masih banyak orang di negeriku yang belum begitu menyadari pentinya menulis. Bahkan di lingkungan pendidikan tinggi menulis masih dianggap sebagai sebuah beban atau tugas akademis semata. Pihak Universitas tempatku berkuliah akhir-akhir ini nampaknya begitu bersemangat mendorong mahasiswa untuk mengahsilkan karya tulis. Tetapi ternyata pihak Universitas sendiri belum siap secara keseluruhan dalam menciptakan suasana yang mendorong lahirnya karya tulis yang berkualitas.
Beberapa teman saya pernah punya pengalaman yang kurang menyenangkan ketika berniat untuk membuat karya tulis. Sosialisasi yang kurang serta para pegawai administrasi yang kurang mendukung menyebabkan semangat untuk menulis yang tadinya begitu menggebu-gebu menjadi down. Kalau akhir-akhir ini para petinggi Universitas ini berkoar-koar mendorong mahasiswanya untuk menulis aku tidak yakin apa sebenarnya yang mereka inginkan. Sepertinya mereka punya tujuan praktis menyangkut nama besar dan peringkat Universitas.
Mrican, Yogyakarta 17 Maret 2012
23.22 wib

Posting Komentar