Posted on Senin, 30 April 2012 Seminar Nasional Ikahimsi XVII di Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor “Korupsi dalam Prespektif Sejarah” (sebuah catatan perjalanan)


Seminar Nasional Ikahimsi XVII di Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor “Korupsi dalam Prespektif Sejarah”
(sebuah catatan perjalanan)
Oleh Dhani Kurniawan

Malam itu minggu, 22 April 2012 sekitar pukul 20.00 wib saya, Aris, Titan dan Oktandi berangkat ke stasiun Lempuyangan. Kami diantar oleh mas Adi, mbak Tika, Diki dan Ageng dengan empat sepeda motor jadi setiap dari kami dibonceng oleh satu orang pengantar dengan satu motor. Sesampainya di stasiun kami bertemu dengan rombongan mahasiswa PKNH UNY yang ternyata satu arah dengan kami. Mereka akan menghadiri acara di UPI Bandung. Sementara rombongan kami akan menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Ikahimsi di UNPAD. Rombongan kami satu kereta dengan rekan-rekan PKNH tetapi mereka ada di gerbong yang lebih depan daripada kami.
Sambil menunggu kereta tiba, Aris dan Oktandi berusaha menyempatkan diri untuk sholat sedangkan saya dan Titan menunggu Tas. Beberapa saat kemudian petugas stasiun mengumumkan kereta yang akan kami tumpangi segera tiba, namun Aris dan Oktandi belum juga muncul. Jujur saja saya dan mungkin juga Titan agak cemas. Kami takut ketinggalan kereta. Untungnya beberapa saat kenudian Aris dan Oktandi muncul, mereka mengatakan bahwa mereka belum sempat sholat. Kami berempat kemudian segera menuju ke kereta yang akan kami tumpangi. Kalau tidak salah kami mendapat tempat duduk di gerbong tiga. Setelah masuk ke dalam kereta kami mencari tempat duduk yang sesuai dengan yang tertera di tiket kereta. Belum lama kami duduk di tempat yang sesuai dengan yang tertera di tiket ada sekelompok pemuda di depan kami yang minta bertukar tempat duduk. Merasa tidak dirugikan kami bersedia bertukar tempat duduk. Titan, saya, dan Aris duduk di satu bangku yang menghadap ke depan kami, sedangkan Oktandi duduk di depan kami, dia diapit oleh dua orang bapak-bapak.
Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Ikahimsi sekaligu pengalaman pertama saya pergi ke Jawa barat. Saya tidak benar-benar tahu apa sebenarnya yang akan kami lakukan dalam acara tersebut. Ketika berbincang-bincang kami baru teringat bahwa kami belum membeli tiket untuk pulang. Kami sempat kebingungan tetapi kemudian memutuskan untuk segera membeli tiket ketika sampai di Bandung. Beberapa saat kemudian kami juga teringat bahwa tidak satu pun diantara kami yang membawa kamera atau semacamnya yang bisa mengabadikan segaian momen-momen yang akan kami lewati di Bandung dan di UNPAD. Padahal sebenarnya Aris bisa meminjam kamera kepada pacarnya. Apa boleh buat semua sudah terlambat.
Jadwal yang tertera di tiket kereta menyatakan bahwa kami akan tiba di staisiun Kiaracondong Bandung sekitar pukul 07.00 wib. Namun setelah berkomunikasi dengan Sugi dari Ilmu sejarah yang terlebih dahulu telah berada di UNPAD diputuskan kami akan turun di Staiun Ranca Ekek karena lebih dekat dengan UNPAD. Karena perjalanan masih panjang dan besoknya kami harus langsung mengikuti kegiatan kami semua berusaha untuk bisa tidur. Dalam perjalanan tersebut ternyata Oktandi adalah yang tidurnya paling nyenyak diantara kami berempat. Padahal sebelumnya Oktandi mengatakan dia tidak bisa tidur nyenyak di dalam kereta. Selanjutnya yang bisa tidur adalah Aris. Smenetara itu saya dan Titan kesulitan untuk bisa segera tidur. Saya menyempatkan membaca buku dan berharap segera bisa tertidur.   
Kereta yang kami tumpangi adalah kereta ekonomi sehingga sering sekali harus berhenti untuk mempersilakan kereta dengan kelas lebih tinggi melaju terlebh dahulu. Selain itu di dalam kereta rasanya tidak pernah sepi dari para pedagang. Mungkin itulah sebabnya saya kesulitan untuk tidur. Saya kemudian memilih untuk membaca buku dan berharap segera bia tertidur. Tetapi apa yang saya harapkan tidak juga terwujud. Buku saya letakkan kemudian saya berusaha memejamkan mata. Buku yang tadi saya baca kemudian dibaca oleh Titan.  Ketika saya berjuang untuk bisa tidur tiba-tiba Titan menyuruh saya untuk melihat Oktandi yang sedang tertidur. Seketika itu juga saya berusaha menahan tawa karena posisi Oktandi ketika tidur sangat lucu. Oktandi dengan mata terpejam, mulut terbuka, serta kepala yang seolah-olah akan terjatuh membuat saya dan Titan kesulitan menahan tawa.
Karena tidak juga bisa tidur Titan mengajak saya ke perbatasan gerbong kami dengan gerbong depan. Karena di situ ada pintu yang tidak ditutup kami menyempatkan diri merokok sekedar untuk menghilangkan penat. Setelah berbincang-bincang dan menghabiskan sebatang roko kami memutuskan kembali ke tempat duduk dan berusaha untuk bisa tidur.
Walau berusaha untuk tidur saya tetap kesulitan untuk tidur. Saya mungkin hanya bisa tidur sejenak saja dan kembali terbangun. Tidak terasa hari sudah mulai pagi. Ketika saya melihat ke jendela mulai terlihat pemandangan pegunungan, persawahan dan terkadang perumahan yang kondisinya agak memprihatinkan menurut saya. Kami bersiap-siap untuk turun karena stasiun tujuan kami sepertinya sudah dekat. Saat ini ysng kemudian menjadi masalah adalah bagaimana cara kami dari stasiun menuju ke UNPAD. Aris kemudian menghubungi Sugi dan katanya akan ada panitia yang menjemput kami.
Hari Pertama (23 April 2012)
Tidak berapa lama kemudian kami sampai di stasiun Ranca Ekek. Panitia yang katanya akan menjemput kami belum tiba, kemudian diputuskan kami akan membei tiket terlebih dahulu. Loket penjualan tiket ternyata belum buka kemudian kami bertanya kepada petugas keamanan yang ada di stasiun. Sesuai petunjuk petugas kami masuk ke loket penjualan tiket lewat pintu samping. Ketika membei tiket ternyata yang tersedia adalah rabu pagi sekitar pukul enam padahal dalam jadwal kami baru selesai dan bisa pulang pukul delapan. Akhirnya kami memutuskan menunda membeli tiket dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan panitia penyelenggara acara.
Ranca Ekek adalah sebuah stasiun yang kecil dan jauh dari kota tetapi cukup ramai. Selma kami menunggu panitia yang akan menjemput saya melihat di stasiun ini cukup banyak orang yang akan naik kereta, bukan hanya orang yang akan bekerja tetapi saya juga melihat anak-anak sekolah. Kami menunggu cukup lama satidaknya satu jam lebih. Kami tiba di termina masih jam tuju kurang sementara itu panitia yang menjemput baru tiba sekitar pukul delapan. Panitia yang menjemput ternyata hanya dua orang. Seorang panitia memandu kami menuju angkot yang bisa mengantarkan kami sampai ke Jatinangor. Panitia beralasan tim yang dikirim untuk menjemput mengira kami turun di stasiun Kiara Condong, Bandung.
 Kami diajak berjalan menyusuri rel kereta. Ketika tiba di persimpangan antara rel kereta dan jalan raya ternyata pintu gerbang dikunci dengan borgol sehingga kami tida bisa keluar dari area rel kereta. Untunglah seorang panitia lainnya menghubungi petugas keamanan sehingga  kami bisa lewat setelah pintu dibuka. Kami kemudian meniji tempat pemberhentian angkot dan menunggu kedatangan angkot yang bisa membawa kami sampai ke tempat tujuan. Setelah menunggu beberapa saat kemudian angkot yang kami tunggu tiba. Kami berempat disertai seorang panitia menaiki angkot melewati jalanan yang seringkali rusak, bergelombang bahkan berkubang air.
Panitia yang memandu kami kemudian memberhentikan angkot yang kami tumpangi dan ternyata kami sudah sampai di penginapan. Sebelum mengikuti acara kami terlebih dahulu melakukan registrasi. Kami kemudia diminta langsung bersiap-siap menuju gedung Santika. Kami tidak diberi sarapan, bahkan sekedar cuci muka pun saya tidak sempat. Setelah menitipkan tas dan memakai jas almamater kami langsung ke depan penginapan untuk menunggu angkutan yang akan membawa kami ke tempat seminar. Ternyata bukan hanya kami yang tidak mendaatkan sarapan, rekan kami dari ilmu sejarah UNY mengatakan mereka juga tidak mendapat Sarapan padahal mereka sudah tiba di tempat itu sehari sebelum kami.
   Tak lama kemudian datang angkot khusus milik UNPAd yang membawa kami ke gedug seminar. Tentu bisa dibayangkan bagaimana keadaan kami. Semalaman tidur di kereta, tanpa istirahat, tanpa sarapan, tanpa sempat mandi, bahkan cuci muka pun saya tidak sempat. Mengikuti seminar dengan kondisi seperti itu saya tidak bisa optimal dalam menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Saya lebih sibuk berjuang melawan rasa kantuk dan lapar.
Ada tiga pembicara dalam seminar tersebut. Pembicara pertama sejarawan Anhar Gonggong, pembicara kedua Sepranadja seorang ahli hukum dan pembicara ketiga Yudi Purnomo dari KPK. Seminar tersebut diikuti oleh seratus orang lebih. Tetapi menurut saya  jumlah tersebut masih sangat sedikit mengingat acara ini seharusnya dihadiri oleh seluruh perwakilan anggota IKAHIMSI.
Anhar Gonggong mengatakan korupsi di Indonesia sudah ada sejak lama. Bahkan menurutnya korupsi sudah ada sejak sebelum kedatangan bangsa-bangsa barat ke Indonesia. Pada masa penjahan korupsi juga ada, terutama pada masa tanam paksa. Pada masa orde lama korupsi sebenarnya juga ada tetapi demokrasi terpimpim ala Soekarno membuat korupsi tidak terlihat atau sengaja ditutup-tutupi. Sedangkan orde baru masih menurut Anhar Gonggong sebenarnya lebih koup lagi. Sampai-sampai ada yang mengatakan Soeharto merupakan orang terkarup di dunia dengan nilai korupsi 35 Milyar dollar. Namun menurutnya korupsi pada masa orde baru cenderung terpusat.
Anhar Gonggong menawarkan pemecahan permasalahan korupsi di Indonesia dengan mengutip pendapat Kwik Kian Gie dengan istilah carrot and stick. Beliau sependapat dengan Kwik bahwa untuk mencegah korupsi pejabat harus diberi gaji yang cukup sehingga mereka bisa hidup makmur  bahkan terlihat “gagah”. Namun ketika mereka masih juga korupsi harus diberikan hukuman yang keras. Dengan sistem tersebut diharapkan tercipta aparatur negara yang baik. Mengutip dari penelitian Adicondro, Anhar Gonggong mengatakan pula bahwa sebenarnya ada tiga tingkatan dalam korupsi dan yang ingin di berantas di Indonesia barulah yang tingkat pertama saja.
Pembicara kedua yaitu Sepranadja lebih banyak berbicara tentang korupsi dari sudut pandang hukum. Menurutnya korupsi merupakan extra ordinary crimes. Beliau juga banyak berbicara tentang peraturan perundangan menyangkut korupsi. Beliau memberi contoh dua kasus yang pelakunya terjerat undang-undang korupsi akibat ketidak tahuan mereka. Kasus pertama yaitu yang dialami oleh seorang profesor yang ditangkap karena tuduhan korupsi. Padahal sang profesor baru saja pulang dari Belanda dalam rangka pertemuan anti korupsi internasional. Contoh kedua yaitu tentang seorang penjaga gudang yang karena ketidak tahuannya terjerat hukum. Penjaga gudang tersebut sebenarnya tidak mendapat keuntungan apapun dari tindakan yang dituduhkan kepadanya.
Pembicara ketiga sekaligus terakhir yaitu Yudhi Purnomo. Beliau merupakan anggota KPK. Menurut Yudi telah terjadi pergeseran pandangan terhadap koruptor. Dulu koruptor selalu identik dengan lelaki jelek, tua, dan gendut. Sementara itu sekarang koruptor adalah orang yang tampan/cantik, muda, keren, perlente dan sosialita. Menurutnya dulu tidak ada data tentang kasus korupsi apalagi yang sampai ke pengadilan bukan karena ketiadaan kasus korupsi. Pada masa lalu sebenarnya tindak korupsi ada, hanya saja selalu ditutup-tutupi.
Setelah semua pembicara selesai memaparkan pendapatnya tibalah di sesi diskusi atau tanya jawab. Peserta seminar terlihat begitu antusias untuk bertanya. Namun saya memilih untuk diam saja. Apa yang saya lakukan buka tanpa alasan. Sebagaimana yang telah saya paparkan di depan bahwa saya dalam kondisi kelelahan, mengantuk, dan kelaparan. Saya justru berharap diskusi segera selesai agar segera bisa beristirahat. Saya tidak terlalu memperhatikan dan juga tidak mencatat pertanyaan-pertanyaan para peserta serta jawaban yang diberikan oleh para pembicara.
Akhirnya setelah seminar selesai kami mendapatkan makanan dan air. Saya sudah lupa apa yang waktu itu saya makan karena saya sudah sangat keaparan. Hanya saja seingat saya konsumsi yang dierikan sangat minim. Setelah menghabiskan konsumsi yang diberikan saya dan Titan memutuskan mencari tempat untuk beristirahat sedangkang Aris dan Oktandi pergi untuk sholat. Saya dan Titan akhirnya memilih beristirahan di depan gedung yang berada di sebelah gedung yang digunakan utnuk seminar. Karena sangat kelelahan saya akhirnya tertidur, mungkin Titan juga.
Tidak lama kemudian datang Aris dan Oktandi. Saya kaget ketika dibangunkan dari tidur. Ternyata masih ada satu agenda lagi yang harus kami ikuti yaitu diskusi seputar korupsi. Kali ini hanya ada satu pembicara yaitu Budi Rajab seorang antropolog. Saya tidak tahu mengapa yang dijadikan pembicara adalah seorang antropolog. Ketika saya memasuki gedung sebenarnya pembicara telah memaparkan materi sejak beberapa menit yang lalu. Satu hal penting yang saya tangkap dari beliau, bahwa untuk membersihkan birokrasi yang korup harus menggunakan birokrasi lain yang bersih. Beliau mencontohkan adanya KPK yang dianggap sebagai birokrasi bersih yang diharapkan mampu memberantas korupsi.
Setelah diskusi selesai lalu kami dibawa ke penginapan. Kami kemudian mandi dan beristirahat. Sehabis makan malam seharusnya ada acara lagi yaitu diskusi bersama semua perwakilan Ikahimsi yang hadir. Namun karena sudah sangat keelahan saya tertidur dan tidak ikut dalam acara tersebut. Keesokan harinya saya baru tahu bahwa diantara kami hanya Aris yang ikut diskusi sementara saya Titan dan Oktandi tidur.
Tengah malam saya terbangun dan Aris tidak ada di kamar. Kemudian ketika melihat hp ternyata ada sms dari Aris. Dia mengatakan bahwa sedang keluar untuk sekedar main-main. Tak lama kemudia Titan dan Oktandi terbangun. Saya dan Titan kemudian memutuskan untuk keluar mencari rokok. Kami kemudian bertemu dengan Aris yang akan kembali ke penginapan dengan beberapa orang, terlihat juga rekan kami dari ilmu sejarah. Kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Saya memilih melanjutkan tidur mengingat masih ada kegiatan untuk besok. Sementara itu saya tidak tahu apa yang dilakukan oleh ketiga rekan saya. Keesokan harinya ketika terbangun saya lalu mandi. Saya baru sadar ternyata di sekitar kami adalah kamar perempuan bahkan juga kamar yang ada tepat di depan kami. Panitia tidak menyiadakan sarapan jadi kami mencari sarapan sendiri, kami membeli nasi kuning. Agenda hari ini seharusnya adalah wisata sejarah dan dimulai pukul 08.00 wib. Namun entah mengapa molor samapai dua jam. Kami kemudian naik bus Damri yang telah disediakan panitia.
Hari Kedua (24 April 2012)
Kami tidak tahu mau dibawa kemana. Ketika kami bertanya ada panitia yang menjawab bahwa kami akan dibawa ke kebun kelapa. Saya tidak tahu tempat apa itu. Perjalanan dari kampus UNPAD di Jatinangor ke Bandung kota cukup jauh, belum lagi jalanan yang sangat ramai. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama kemudian bus berhenti di depn pertokoan, seingat saya ada juga toko roti Belanda di situ. Ternyata kebon kopi adalah semacam pusat perbelanjaan. Kami tidak tahu mengapa kami di bawa ke tempat tersebut. Karena tidak membawa ung yang cukup untuk membeli oleh-oleh kami berempat memutuskan mencari wc umum karena sudah menahan buang air kecil.
Setelah berjalan tanpa tahu tujuan yang pasti dan bertanya kepada pedagang akhirnya kami enemukan wc umum. Letaknya di lantai bawah dekat parkiran. Kami kemudian berjalan-jalan tanpa tujuan pasti. Ketika sedang berjalan-jalan kami tidak sengaja bertemu dengan peserta seminar Ikahimsi dari kampus lain. Kami kemudia bermain-main dengan lift. Kami naik turun tanpa keluar dari lift, bahkan badan saya semapt hampir terjepit lift ketika saya melongok keluar.
Kami lalu memutuskan berpisah dan mencari tempat yang nyaman untuk sekedar duduk-duduk. Ketika lewat di depan penjual eskrim kami tertarik. Kami berempat kemudian makan es krim sambil duduk-duduk.  Setelah menghabiskan es krim kami kemudian berjalan-jalan lagi. Titan kemudian tertarik membeli kaos. Setelah itu kami memutuskan kembali ke tempat tadi kami di turunkan. Ketika kami sampai kami tidak meilhat ada peseta lain. Seorang panitia kemudian memandu kami ke arah masjid bear di tengah kota Bandung. Kami berjalan cukup jauh, dan ketika melewati halaman masjid saya kaget. Baru kali ini saya melihat di pelataran bahkan di serambi masjid ada begitu banyak pedagang. Barang yang dijual juga cukup beraneka ragam mulai dari jam tangan sampai makanan.
Kami kemudian dikumpulkan di pinggir taman masjid, di dekat air mancur. Ketika kami sampai ternyata konsumsi belum siap. Setelah duduk-duduk cukup lama akhirnya makan siang datang. Anehnya kami diberi makanan tanpa ada minuman. Minum  baru datang setelah beberapa saat makanan kami habis. Padahal sepenglihatan saya ada banyak panitia yang hanya duduk-duduk saja.
Setelah makan siang selesai kami kamudian diajak berjalan kaki lagi. Kami melewati gedung yang dulu digunakan untuk Konferensi Asia-Afrika yang sekarang dijadikan museum. Sayangnya kami tidak bisa masuk. Kami dengar sedang ada acara dalam rangka peringatan KAA sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Selanjutnya kami digirng menuju tempat di mana kami akan naik bus lagi.
Kali ini kami dibawa ke museum geologi. Sesampainya di museum setelah panitia menghubungi petugas museum kami dijinkan masuk. Memasuki museum saya memilih melihat-lihat terlebih dahulu ke ruangan yang ada di sebelah kiri saya. Berurutan saya melihat-lihat koleksi museum. Dpamerkan koleksi berbagai jenis batu bahkan juga batu meteor. Selain itu ditunjukkan juga sejarah terbentukanya kepulauan di Indonesia sejak jutaan tahu silam. Kemudian ditunjuukan karakteristik geologi beberapa pulau-pulau besar di Indonesia.
Selanjutnya saya melihat-lihat ke ruangan sebelah kanan saya ketika saya masuk. Pintu menuju ruangan tersebut diatasnya bertuliskan sejarah kahidupan (kalau saya tidak salah ingat). Ruangan-ruangan tersebut memberikan gambaran tentang kemunculan dan perkembangan mahkluk hidup. Ada replika tulang-tulang binatang purba. Replika yang paling besar yaitu replika tulang Tyranosaurus Rex.
Setelah menjelajahi seluruh ruangan yang boleh dimasuki dalam museum kemudian saya keluar untuk sekedar duduk-duduk dan menunggu mau dibwa kemana lagi oleh panitia. Kami kemudian diajak berjalan kaki menuju gedung sate. Namun gedung tersebut tidak dibuka untuk umum jadi kami hanya bisa melihat-lihat dari luar. Beberapa mahasiswa lain tampak berfoto-foto. Sayang diantara kami berempat tidak ada yang membawa kamera atau semacamnya sehingga kami hanya melihat-lihat saja.
Selanjutnya kami diajak berjalan kaki lagi dan saya tidak tahu kami mau dibawa kemana. Kami melewati sebuah lapangan yang dipadatai oleh para Slanker, nampaknya akan ada konser Slank malam ini. Dari kejauhan saya melihat semacam monumen besar dengan reliaf Garuda Pancasila. Saya tidak tahu itu monumen apa tetapi menurut rekan saya Fitra monumen itu adalah monumen Pancasila. Monumen tersebut ternyata dipagari dan kami harus melompat untuk masuk. Tetapi karena kasihan denga Fitra yang tidak bisa melompat dengan tubuh gemuknya kami melanjutkan berjalan kaki menuju tempat parkiran bus. Setelah duduk-duduk dan mengobrol, panitia meminta kami segera naik ke dalam bus. Acara wisata kami sudah berakhir dan kami harus kembali ke penginapan.
Sesampainya di penginapan kami kemudian mandi dan beristirahat. Beberapa saat kemudian ada panitia datang membawa makan malam, namun lagi-lagi minuman datang terlambat. Acara selanutnya adalah menonton film dan dilanjutkan dengan penampilan dari para peserta seminar Ikahimsi ya mungkin semacam pentas seni. Akan tetapi karena film yang diputar bagi saya tidak terlalu menarik dan saya sudah sangat ngantuk saya mengajak Titan untuk kembali ke kamar. Kami akhirnya berhasil kembali ke kamar dan saya segera tidur karena sudah sangat mengantuk.
Hari Ketiga (25 April 2012)
Keesokan harinya ternyata ada satu agenda lagi yang harus kami ikuti yang tidak tercantum dalam jadwal. Panitia lagi-lagi tidak menyediakan sarapan dan kali ini kami berempat tidak sempat sarapan. Kali ini kami harus mengemasi semua barang-barang kami karena jatah kami di penginapan sudah habis. Selanjutnya kami di bawa ke balai Santika tempat yang juga digunakan untuk seminar dan diskusi pada hari pertama. Ternyata kami mengikuti acara bedah buku. Namun dalam acara kali ini Titan tidak ikut. Sesaat sebelum kami ke acara bedah buku, Titan dijemput rekannya untuk meluncur ke UPI.  Buku yang dibedah adalah karangan Peter Cerey tentang Pangeran Diponegoro.
Menurut saya tulisan yang terpampang di depan pintu masuk gedung agak berlebihan.
“Penulis Terbesar Inggris Singgah di Jatinangor” begitulah kira-kira tulisannya. Acara kali ini tidak hanya diikuti oleh delegasi Ikahimsi. Saya melihat ada anak-anak SMA dan beberapa peserta yang mungkin dari para akademisi. Setelah mengikuti acara ini ada beberapa hal yang saya tangkap. Pertama nasihat Peter Cerey, kita sebagai orang Jawa, orang Indonesia tidak lebih rendah dari orang Inggris orang Tionghoa dan orang-orang dari bangsa lain, kita harus berbangga dengan budaya kita sendiri. Nasihat Peter Cerey sangat mencengangkan bagi saya, mengingat dia adalah oarang barat, sama sekali tidak da darah Jawa atau Indonesia. Kedua, menurut saya Peter Cerey mampu mengangkat hal-hal yang bersifat mistis menjadi bahan perdebatan dalam ranah ilmiah. Dia mampu menghadirkan pandangan yang baru bagi saya. Peter mampu mengangkat hal-hal yang bersifat mistis menjadi semacam kekuatan pengerak dalam peristiwa sejarah.
            Setelah acara selesai kami kemudian mendapat makan siang dari panitia. Sperti yang terjadi sebelumnya, minuman selalu datang terlambat. Saya sendiri heran mengapa panitia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Seusai makan siang kami para delegasi Ikahimsi kembali diminta masuk ke dalam gedung untuk acara penyerahan sertifikat dan kenang-kenangan dari panitia penyelenggara Seminar Nasional Ikahimsi XVII di Universitas Padjajaran Jatinangor. Ketika perwakilan dari Pendidikan Sejarah UNY diminta ke panggung untuk menerima sertifikat dan kenang-kenangan saya yang maju.
            Setelah acara tersebut kami tidak tahu harus kemana dan berbuat apa. Tiket yang dipesan untuk kepulangan kami adalah tiket kereta pukul 21.30 wib. Lalu saya mengajak rekan-rekan untuk main kartu. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan bermain kartu didepan gedung yang tadi kami gunakan untuk acara bedah buku. Setelah hari sudah menjelang sore dan urusan tentang buku dari rekan kami mahasiswa UGM selesai diputuskan kami akan langsung ke stasiun Kiara Condong untuk menunggu kereta. Kami diantar dengan angkot miik UNPAD tetapi kali ini kami harus membayar biaya transportasi.
            Kami kali ini bersama rombongan dari UGM, UNS, UM Lampung di angkut dengan dua angkot. Sebelum menuju ke stasiun kami barhenti dahulu karena ada beberapa orang yang ingin membeli oleh-oleh tahu Sumedang. Setelah membeli oleh-oleh perjalanan dilanjtukan. Sekitar pukul tujuh kami sampai di stasiun. Karena keberangkatan kereta masih lama dan kami belum makan malam dipuskan untuk mencari makan malam terlebih dahulu. Kami terpecah menjadi beberapa kelompok. Saya, Aris dan Seorang Mahasiswa dari Lampung (maaf saya lupa namanya) memutuskan makan di warteg. Selesai makan kami tidak langsung pergi tetapi bercakap-cakap sebentar. Kami bertukar pengalaman tentang dunia HIMA. Ketua Hima UM Lampung ternyata adalah mahasiswa semester delapan yang sekarang lebih sibuk mengurusi skripsi dan Hima ternyata tidak punya ruangnan sehingga pertemuan untuk rapat dan semacamnya sering dilakukan di kos.
            Setelah banyak bercerita dengan rekan kami dari Lampung kami kemudian berkumpul dengan rekan-rekan yang lain (UGM, UNS, UNY Ilmu). Dari UNS ada seorang mahasiswa yang benar-benar pandai membuat lelucon. Sementara itu dari UGM ada seorang mahasiswi yang suaranya “unik” mungkin lebih seperti suara boneka atau suara anak kecil. Begitulah kami bercanda sambil menunggu kereta.
            Singkat cerita kami naik kereta yang hanya mengantarkan sampai ke Kutoarjo. Dari Kutoarjo kami kemudian naik Pramex dan turun di stasiun Lempuyangan, sementara itu rekan-rekan dari UNS melanjutkan perjalanan sampai ke Solo dengan kereta tersebut. Setelah itu kami mencari angkutan yang bisa membawa kami sampai ke kampus. Rekan kami dari UGM memilih naik taksi karena membawa buku yang cukup banyak. Sementara itu kami dari UNY dan dua orang rekan kami dari Lampung naik mobil, ya sejenis Carry untuk mengantar kami sampai kampus UNY.
Ditulis mulai Jumat 27 April 2012 di Madiun
Dilanjutkan di Yogyakarta mulai Minggu 29 April 2012
                                       

  1. Wah terima kasih sudah sharing.

    Mohon maaf Mas Dhani, apabila banyak kekurangan dari pelaksanaan Semnas Ikahimsi XVII di Unpad. Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki diri. Terima kasih telah hadir, semoga menjadi perjalanan yang mengesankan.

    Salam kenal Mas Dhani.

    Blogwalking.
    Gommu

  1. Ya, ha ha. Saya kira acara kemarin akan menjadi salah satu pengalaman yang berharga dan tak terlupakan

  1. Mungkin kesiapan panitia harus dipertanyakan!

Posting Komentar