Posted on Senin, 30 April 2012 Seminar Nasional Ikahimsi XVII di Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor “Korupsi dalam Prespektif Sejarah” (sebuah catatan perjalanan)
Seminar Nasional Ikahimsi XVII di
Universitas Padjajaran Kampus Jatinangor “Korupsi dalam Prespektif Sejarah”
(sebuah catatan perjalanan)
Oleh Dhani Kurniawan
Malam itu minggu, 22
April 2012 sekitar pukul 20.00 wib saya, Aris, Titan dan Oktandi berangkat ke
stasiun Lempuyangan. Kami diantar oleh mas Adi, mbak Tika, Diki dan Ageng
dengan empat sepeda motor jadi setiap dari kami dibonceng oleh satu orang
pengantar dengan satu motor. Sesampainya di stasiun kami bertemu dengan
rombongan mahasiswa PKNH UNY yang ternyata satu arah dengan kami. Mereka akan
menghadiri acara di UPI Bandung. Sementara rombongan kami akan menghadiri acara
yang diselenggarakan oleh Ikahimsi di UNPAD. Rombongan kami satu kereta dengan
rekan-rekan PKNH tetapi mereka ada di gerbong yang lebih depan daripada kami.
Sambil menunggu kereta
tiba, Aris dan Oktandi berusaha menyempatkan diri untuk sholat sedangkan saya
dan Titan menunggu Tas. Beberapa saat kemudian petugas stasiun mengumumkan
kereta yang akan kami tumpangi segera tiba, namun Aris dan Oktandi belum juga
muncul. Jujur saja saya dan mungkin juga Titan agak cemas. Kami takut
ketinggalan kereta. Untungnya beberapa saat kenudian Aris dan Oktandi muncul,
mereka mengatakan bahwa mereka belum sempat sholat. Kami berempat kemudian
segera menuju ke kereta yang akan kami tumpangi. Kalau tidak salah kami
mendapat tempat duduk di gerbong tiga. Setelah masuk ke dalam kereta kami
mencari tempat duduk yang sesuai dengan yang tertera di tiket kereta. Belum
lama kami duduk di tempat yang sesuai dengan yang tertera di tiket ada
sekelompok pemuda di depan kami yang minta bertukar tempat duduk. Merasa tidak
dirugikan kami bersedia bertukar tempat duduk. Titan, saya, dan Aris duduk di
satu bangku yang menghadap ke depan kami, sedangkan Oktandi duduk di depan
kami, dia diapit oleh dua orang bapak-bapak.
Ini adalah pengalaman
pertama saya mengikuti acara yang diselenggarakan oleh Ikahimsi sekaligu
pengalaman pertama saya pergi ke Jawa barat. Saya tidak benar-benar tahu apa
sebenarnya yang akan kami lakukan dalam acara tersebut. Ketika
berbincang-bincang kami baru teringat bahwa kami belum membeli tiket untuk
pulang. Kami sempat kebingungan tetapi kemudian memutuskan untuk segera membeli
tiket ketika sampai di Bandung. Beberapa saat kemudian kami juga teringat bahwa
tidak satu pun diantara kami yang membawa kamera atau semacamnya yang bisa
mengabadikan segaian momen-momen yang akan kami lewati di Bandung dan di UNPAD.
Padahal sebenarnya Aris bisa meminjam kamera kepada pacarnya. Apa boleh buat
semua sudah terlambat.
Jadwal yang tertera di
tiket kereta menyatakan bahwa kami akan tiba di staisiun Kiaracondong Bandung
sekitar pukul 07.00 wib. Namun setelah berkomunikasi dengan Sugi dari Ilmu
sejarah yang terlebih dahulu telah berada di UNPAD diputuskan kami akan turun
di Staiun Ranca Ekek karena lebih dekat dengan UNPAD. Karena perjalanan masih
panjang dan besoknya kami harus langsung mengikuti kegiatan kami semua berusaha
untuk bisa tidur. Dalam perjalanan tersebut ternyata Oktandi adalah yang
tidurnya paling nyenyak diantara kami berempat. Padahal sebelumnya Oktandi
mengatakan dia tidak bisa tidur nyenyak di dalam kereta. Selanjutnya yang bisa
tidur adalah Aris. Smenetara itu saya dan Titan kesulitan untuk bisa segera
tidur. Saya menyempatkan membaca buku dan berharap segera bisa tertidur.
Kereta yang kami
tumpangi adalah kereta ekonomi sehingga sering sekali harus berhenti untuk
mempersilakan kereta dengan kelas lebih tinggi melaju terlebh dahulu. Selain
itu di dalam kereta rasanya tidak pernah sepi dari para pedagang. Mungkin
itulah sebabnya saya kesulitan untuk tidur. Saya kemudian memilih untuk membaca
buku dan berharap segera bia tertidur. Tetapi apa yang saya harapkan tidak juga
terwujud. Buku saya letakkan kemudian saya berusaha memejamkan mata. Buku yang
tadi saya baca kemudian dibaca oleh Titan.
Ketika saya berjuang untuk bisa tidur tiba-tiba Titan menyuruh saya untuk
melihat Oktandi yang sedang tertidur. Seketika itu juga saya berusaha menahan
tawa karena posisi Oktandi ketika tidur sangat lucu. Oktandi dengan mata
terpejam, mulut terbuka, serta kepala yang seolah-olah akan terjatuh membuat
saya dan Titan kesulitan menahan tawa.
Karena tidak juga bisa
tidur Titan mengajak saya ke perbatasan gerbong kami dengan gerbong depan.
Karena di situ ada pintu yang tidak ditutup kami menyempatkan diri merokok
sekedar untuk menghilangkan penat. Setelah berbincang-bincang dan menghabiskan
sebatang roko kami memutuskan kembali ke tempat duduk dan berusaha untuk bisa
tidur.
Walau berusaha untuk
tidur saya tetap kesulitan untuk tidur. Saya mungkin hanya bisa tidur sejenak
saja dan kembali terbangun. Tidak terasa hari sudah mulai pagi. Ketika saya
melihat ke jendela mulai terlihat pemandangan pegunungan, persawahan dan
terkadang perumahan yang kondisinya agak memprihatinkan menurut saya. Kami
bersiap-siap untuk turun karena stasiun tujuan kami sepertinya sudah dekat.
Saat ini ysng kemudian menjadi masalah adalah bagaimana cara kami dari stasiun
menuju ke UNPAD. Aris kemudian menghubungi Sugi dan katanya akan ada panitia
yang menjemput kami.
Hari
Pertama (23 April 2012)
Tidak berapa lama
kemudian kami sampai di stasiun Ranca Ekek. Panitia yang katanya akan menjemput
kami belum tiba, kemudian diputuskan kami akan membei tiket terlebih dahulu.
Loket penjualan tiket ternyata belum buka kemudian kami bertanya kepada petugas
keamanan yang ada di stasiun. Sesuai petunjuk petugas kami masuk ke loket
penjualan tiket lewat pintu samping. Ketika membei tiket ternyata yang tersedia
adalah rabu pagi sekitar pukul enam padahal dalam jadwal kami baru selesai dan
bisa pulang pukul delapan. Akhirnya kami memutuskan menunda membeli tiket dan
berkonsultasi terlebih dahulu dengan panitia penyelenggara acara.
Ranca Ekek adalah
sebuah stasiun yang kecil dan jauh dari kota tetapi cukup ramai. Selma kami
menunggu panitia yang akan menjemput saya melihat di stasiun ini cukup banyak
orang yang akan naik kereta, bukan hanya orang yang akan bekerja tetapi saya
juga melihat anak-anak sekolah. Kami menunggu cukup lama satidaknya satu jam
lebih. Kami tiba di termina masih jam tuju kurang sementara itu panitia yang
menjemput baru tiba sekitar pukul delapan. Panitia yang menjemput ternyata
hanya dua orang. Seorang panitia memandu kami menuju angkot yang bisa
mengantarkan kami sampai ke Jatinangor. Panitia beralasan tim yang dikirim
untuk menjemput mengira kami turun di stasiun Kiara Condong, Bandung.
Kami diajak berjalan menyusuri rel kereta.
Ketika tiba di persimpangan antara rel kereta dan jalan raya ternyata pintu
gerbang dikunci dengan borgol sehingga kami tida bisa keluar dari area rel
kereta. Untunglah seorang panitia lainnya menghubungi petugas keamanan
sehingga kami bisa lewat setelah pintu
dibuka. Kami kemudian meniji tempat pemberhentian angkot dan menunggu
kedatangan angkot yang bisa membawa kami sampai ke tempat tujuan. Setelah
menunggu beberapa saat kemudian angkot yang kami tunggu tiba. Kami berempat
disertai seorang panitia menaiki angkot melewati jalanan yang seringkali rusak,
bergelombang bahkan berkubang air.
Panitia yang memandu
kami kemudian memberhentikan angkot yang kami tumpangi dan ternyata kami sudah
sampai di penginapan. Sebelum mengikuti acara kami terlebih dahulu melakukan
registrasi. Kami kemudia diminta langsung bersiap-siap menuju gedung Santika.
Kami tidak diberi sarapan, bahkan sekedar cuci muka pun saya tidak sempat.
Setelah menitipkan tas dan memakai jas almamater kami langsung ke depan
penginapan untuk menunggu angkutan yang akan membawa kami ke tempat seminar.
Ternyata bukan hanya kami yang tidak mendaatkan sarapan, rekan kami dari ilmu
sejarah UNY mengatakan mereka juga tidak mendapat Sarapan padahal mereka sudah
tiba di tempat itu sehari sebelum kami.
Tak
lama kemudian datang angkot khusus milik UNPAd yang membawa kami ke gedug
seminar. Tentu bisa dibayangkan bagaimana keadaan kami. Semalaman tidur di
kereta, tanpa istirahat, tanpa sarapan, tanpa sempat mandi, bahkan cuci muka
pun saya tidak sempat. Mengikuti seminar dengan kondisi seperti itu saya tidak
bisa optimal dalam menangkap apa yang disampaikan oleh pembicara. Saya lebih
sibuk berjuang melawan rasa kantuk dan lapar.
Ada tiga pembicara
dalam seminar tersebut. Pembicara pertama sejarawan Anhar Gonggong, pembicara
kedua Sepranadja seorang ahli hukum dan pembicara ketiga Yudi Purnomo dari KPK.
Seminar tersebut diikuti oleh seratus orang lebih. Tetapi menurut saya jumlah tersebut masih sangat sedikit mengingat
acara ini seharusnya dihadiri oleh seluruh perwakilan anggota IKAHIMSI.
Anhar Gonggong
mengatakan korupsi di Indonesia sudah ada sejak lama. Bahkan menurutnya korupsi
sudah ada sejak sebelum kedatangan bangsa-bangsa barat ke Indonesia. Pada masa
penjahan korupsi juga ada, terutama pada masa tanam paksa. Pada masa orde lama
korupsi sebenarnya juga ada tetapi demokrasi terpimpim ala Soekarno membuat
korupsi tidak terlihat atau sengaja ditutup-tutupi. Sedangkan orde baru masih
menurut Anhar Gonggong sebenarnya lebih koup lagi. Sampai-sampai ada yang
mengatakan Soeharto merupakan orang terkarup di dunia dengan nilai korupsi 35
Milyar dollar. Namun menurutnya korupsi pada masa orde baru cenderung terpusat.
Anhar Gonggong
menawarkan pemecahan permasalahan korupsi di Indonesia dengan mengutip pendapat
Kwik Kian Gie dengan istilah carrot and
stick. Beliau sependapat dengan Kwik bahwa untuk mencegah korupsi pejabat
harus diberi gaji yang cukup sehingga mereka bisa hidup makmur bahkan terlihat “gagah”. Namun ketika mereka
masih juga korupsi harus diberikan hukuman yang keras. Dengan sistem tersebut
diharapkan tercipta aparatur negara yang baik. Mengutip dari penelitian
Adicondro, Anhar Gonggong mengatakan pula bahwa sebenarnya ada tiga tingkatan
dalam korupsi dan yang ingin di berantas di Indonesia barulah yang tingkat
pertama saja.
Pembicara kedua yaitu
Sepranadja lebih banyak berbicara tentang korupsi dari sudut pandang hukum.
Menurutnya korupsi merupakan extra
ordinary crimes. Beliau juga banyak berbicara tentang peraturan perundangan
menyangkut korupsi. Beliau memberi contoh dua kasus yang pelakunya terjerat
undang-undang korupsi akibat ketidak tahuan mereka. Kasus pertama yaitu yang
dialami oleh seorang profesor yang ditangkap karena tuduhan korupsi. Padahal
sang profesor baru saja pulang dari Belanda dalam rangka pertemuan anti korupsi
internasional. Contoh kedua yaitu tentang seorang penjaga gudang yang karena
ketidak tahuannya terjerat hukum. Penjaga gudang tersebut sebenarnya tidak
mendapat keuntungan apapun dari tindakan yang dituduhkan kepadanya.
Pembicara ketiga
sekaligus terakhir yaitu Yudhi Purnomo. Beliau merupakan anggota KPK. Menurut
Yudi telah terjadi pergeseran pandangan terhadap koruptor. Dulu koruptor selalu
identik dengan lelaki jelek, tua, dan gendut. Sementara itu sekarang koruptor adalah
orang yang tampan/cantik, muda, keren, perlente dan sosialita. Menurutnya dulu
tidak ada data tentang kasus korupsi apalagi yang sampai ke pengadilan bukan
karena ketiadaan kasus korupsi. Pada masa lalu sebenarnya tindak korupsi ada,
hanya saja selalu ditutup-tutupi.
Setelah semua pembicara
selesai memaparkan pendapatnya tibalah di sesi diskusi atau tanya jawab.
Peserta seminar terlihat begitu antusias untuk bertanya. Namun saya memilih
untuk diam saja. Apa yang saya lakukan buka tanpa alasan. Sebagaimana yang
telah saya paparkan di depan bahwa saya dalam kondisi kelelahan, mengantuk, dan
kelaparan. Saya justru berharap diskusi segera selesai agar segera bisa
beristirahat. Saya tidak terlalu memperhatikan dan juga tidak mencatat
pertanyaan-pertanyaan para peserta serta jawaban yang diberikan oleh para
pembicara.
Akhirnya setelah
seminar selesai kami mendapatkan makanan dan air. Saya sudah lupa apa yang
waktu itu saya makan karena saya sudah sangat keaparan. Hanya saja seingat saya
konsumsi yang dierikan sangat minim. Setelah menghabiskan konsumsi yang
diberikan saya dan Titan memutuskan mencari tempat untuk beristirahat
sedangkang Aris dan Oktandi pergi untuk sholat. Saya dan Titan akhirnya memilih
beristirahan di depan gedung yang berada di sebelah gedung yang digunakan utnuk
seminar. Karena sangat kelelahan saya akhirnya tertidur, mungkin Titan juga.
Tidak lama kemudian
datang Aris dan Oktandi. Saya kaget ketika dibangunkan dari tidur. Ternyata
masih ada satu agenda lagi yang harus kami ikuti yaitu diskusi seputar korupsi.
Kali ini hanya ada satu pembicara yaitu Budi Rajab seorang antropolog. Saya
tidak tahu mengapa yang dijadikan pembicara adalah seorang antropolog. Ketika
saya memasuki gedung sebenarnya pembicara telah memaparkan materi sejak
beberapa menit yang lalu. Satu hal penting yang saya tangkap dari beliau, bahwa
untuk membersihkan birokrasi yang korup harus menggunakan birokrasi lain yang
bersih. Beliau mencontohkan adanya KPK yang dianggap sebagai birokrasi bersih
yang diharapkan mampu memberantas korupsi.
Setelah diskusi selesai
lalu kami dibawa ke penginapan. Kami kemudian mandi dan beristirahat. Sehabis
makan malam seharusnya ada acara lagi yaitu diskusi bersama semua perwakilan
Ikahimsi yang hadir. Namun karena sudah sangat keelahan saya tertidur dan tidak
ikut dalam acara tersebut. Keesokan harinya saya baru tahu bahwa diantara kami
hanya Aris yang ikut diskusi sementara saya Titan dan Oktandi tidur.
Tengah malam saya
terbangun dan Aris tidak ada di kamar. Kemudian ketika melihat hp ternyata ada
sms dari Aris. Dia mengatakan bahwa sedang keluar untuk sekedar main-main. Tak
lama kemudia Titan dan Oktandi terbangun. Saya dan Titan kemudian memutuskan
untuk keluar mencari rokok. Kami kemudian bertemu dengan Aris yang akan kembali
ke penginapan dengan beberapa orang, terlihat juga rekan kami dari ilmu
sejarah. Kami akhirnya memutuskan untuk kembali ke penginapan.
Saya memilih
melanjutkan tidur mengingat masih ada kegiatan untuk besok. Sementara itu saya
tidak tahu apa yang dilakukan oleh ketiga rekan saya. Keesokan harinya ketika
terbangun saya lalu mandi. Saya baru sadar ternyata di sekitar kami adalah
kamar perempuan bahkan juga kamar yang ada tepat di depan kami. Panitia tidak
menyiadakan sarapan jadi kami mencari sarapan sendiri, kami membeli nasi
kuning. Agenda hari ini seharusnya adalah wisata sejarah dan dimulai pukul
08.00 wib. Namun entah mengapa molor samapai dua jam. Kami kemudian naik bus
Damri yang telah disediakan panitia.
Hari
Kedua (24 April 2012)
Kami tidak tahu mau
dibawa kemana. Ketika kami bertanya ada panitia yang menjawab bahwa kami akan
dibawa ke kebun kelapa. Saya tidak tahu tempat apa itu. Perjalanan dari kampus
UNPAD di Jatinangor ke Bandung kota cukup jauh, belum lagi jalanan yang sangat
ramai. Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama kemudian bus berhenti di
depn pertokoan, seingat saya ada juga toko roti Belanda di situ. Ternyata kebon
kopi adalah semacam pusat perbelanjaan. Kami tidak tahu mengapa kami di bawa ke
tempat tersebut. Karena tidak membawa ung yang cukup untuk membeli oleh-oleh
kami berempat memutuskan mencari wc umum karena sudah menahan buang air kecil.
Setelah berjalan tanpa
tahu tujuan yang pasti dan bertanya kepada pedagang akhirnya kami enemukan wc
umum. Letaknya di lantai bawah dekat parkiran. Kami kemudian berjalan-jalan
tanpa tujuan pasti. Ketika sedang berjalan-jalan kami tidak sengaja bertemu
dengan peserta seminar Ikahimsi dari kampus lain. Kami kemudia bermain-main
dengan lift. Kami naik turun tanpa keluar dari lift, bahkan badan saya semapt
hampir terjepit lift ketika saya melongok keluar.
Kami lalu memutuskan
berpisah dan mencari tempat yang nyaman untuk sekedar duduk-duduk. Ketika lewat
di depan penjual eskrim kami tertarik. Kami berempat kemudian makan es krim
sambil duduk-duduk. Setelah menghabiskan
es krim kami kemudian berjalan-jalan lagi. Titan kemudian tertarik membeli
kaos. Setelah itu kami memutuskan kembali ke tempat tadi kami di turunkan.
Ketika kami sampai kami tidak meilhat ada peseta lain. Seorang panitia kemudian
memandu kami ke arah masjid bear di tengah kota Bandung. Kami berjalan cukup
jauh, dan ketika melewati halaman masjid saya kaget. Baru kali ini saya melihat
di pelataran bahkan di serambi masjid ada begitu banyak pedagang. Barang yang
dijual juga cukup beraneka ragam mulai dari jam tangan sampai makanan.
Kami kemudian
dikumpulkan di pinggir taman masjid, di dekat air mancur. Ketika kami sampai
ternyata konsumsi belum siap. Setelah duduk-duduk cukup lama akhirnya makan
siang datang. Anehnya kami diberi makanan tanpa ada minuman. Minum baru datang setelah beberapa saat makanan kami
habis. Padahal sepenglihatan saya ada banyak panitia yang hanya duduk-duduk
saja.
Setelah makan siang
selesai kami kamudian diajak berjalan kaki lagi. Kami melewati gedung yang dulu
digunakan untuk Konferensi Asia-Afrika yang sekarang dijadikan museum.
Sayangnya kami tidak bisa masuk. Kami dengar sedang ada acara dalam rangka
peringatan KAA sehingga hanya orang-orang tertentu yang bisa masuk. Selanjutnya
kami digirng menuju tempat di mana kami akan naik bus lagi.
Kali ini kami dibawa ke
museum geologi. Sesampainya di museum setelah panitia menghubungi petugas
museum kami dijinkan masuk. Memasuki museum saya memilih melihat-lihat terlebih
dahulu ke ruangan yang ada di sebelah kiri saya. Berurutan saya melihat-lihat
koleksi museum. Dpamerkan koleksi berbagai jenis batu bahkan juga batu meteor.
Selain itu ditunjukkan juga sejarah terbentukanya kepulauan di Indonesia sejak
jutaan tahu silam. Kemudian ditunjuukan karakteristik geologi beberapa pulau-pulau
besar di Indonesia.
Selanjutnya saya
melihat-lihat ke ruangan sebelah kanan saya ketika saya masuk. Pintu menuju
ruangan tersebut diatasnya bertuliskan sejarah kahidupan (kalau saya tidak
salah ingat). Ruangan-ruangan tersebut memberikan gambaran tentang kemunculan
dan perkembangan mahkluk hidup. Ada replika tulang-tulang binatang purba.
Replika yang paling besar yaitu replika tulang Tyranosaurus Rex.
Setelah menjelajahi
seluruh ruangan yang boleh dimasuki dalam museum kemudian saya keluar untuk sekedar
duduk-duduk dan menunggu mau dibwa kemana lagi oleh panitia. Kami kemudian
diajak berjalan kaki menuju gedung sate. Namun gedung tersebut tidak dibuka
untuk umum jadi kami hanya bisa melihat-lihat dari luar. Beberapa mahasiswa
lain tampak berfoto-foto. Sayang diantara kami berempat tidak ada yang membawa
kamera atau semacamnya sehingga kami hanya melihat-lihat saja.
Selanjutnya kami diajak
berjalan kaki lagi dan saya tidak tahu kami mau dibawa kemana. Kami melewati
sebuah lapangan yang dipadatai oleh para Slanker, nampaknya akan ada konser
Slank malam ini. Dari kejauhan saya melihat semacam monumen besar dengan reliaf
Garuda Pancasila. Saya tidak tahu itu monumen apa tetapi menurut rekan saya
Fitra monumen itu adalah monumen Pancasila. Monumen tersebut ternyata dipagari
dan kami harus melompat untuk masuk. Tetapi karena kasihan denga Fitra yang
tidak bisa melompat dengan tubuh gemuknya kami melanjutkan berjalan kaki menuju
tempat parkiran bus. Setelah duduk-duduk dan mengobrol, panitia meminta kami
segera naik ke dalam bus. Acara wisata kami sudah berakhir dan kami harus
kembali ke penginapan.
Sesampainya di
penginapan kami kemudian mandi dan beristirahat. Beberapa saat kemudian ada
panitia datang membawa makan malam, namun lagi-lagi minuman datang terlambat.
Acara selanutnya adalah menonton film dan dilanjutkan dengan penampilan dari
para peserta seminar Ikahimsi ya mungkin semacam pentas seni. Akan tetapi
karena film yang diputar bagi saya tidak terlalu menarik dan saya sudah sangat
ngantuk saya mengajak Titan untuk kembali ke kamar. Kami akhirnya berhasil
kembali ke kamar dan saya segera tidur karena sudah sangat mengantuk.
Hari
Ketiga (25 April 2012)
Keesokan harinya
ternyata ada satu agenda lagi yang harus kami ikuti yang tidak tercantum dalam
jadwal. Panitia lagi-lagi tidak menyediakan sarapan dan kali ini kami berempat
tidak sempat sarapan. Kali ini kami harus mengemasi semua barang-barang kami
karena jatah kami di penginapan sudah habis. Selanjutnya kami di bawa ke balai
Santika tempat yang juga digunakan untuk seminar dan diskusi pada hari pertama.
Ternyata kami mengikuti acara bedah buku. Namun dalam acara kali ini Titan
tidak ikut. Sesaat sebelum kami ke acara bedah buku, Titan dijemput rekannya
untuk meluncur ke UPI. Buku yang dibedah
adalah karangan Peter Cerey tentang Pangeran Diponegoro.
Menurut saya tulisan
yang terpampang di depan pintu masuk gedung agak berlebihan.
“Penulis Terbesar Inggris Singgah di
Jatinangor” begitulah kira-kira tulisannya. Acara kali ini tidak hanya diikuti
oleh delegasi Ikahimsi. Saya melihat ada anak-anak SMA dan beberapa peserta
yang mungkin dari para akademisi. Setelah mengikuti acara ini ada beberapa hal
yang saya tangkap. Pertama nasihat Peter Cerey, kita sebagai orang Jawa, orang
Indonesia tidak lebih rendah dari orang Inggris orang Tionghoa dan orang-orang
dari bangsa lain, kita harus berbangga dengan budaya kita sendiri. Nasihat
Peter Cerey sangat mencengangkan bagi saya, mengingat dia adalah oarang barat,
sama sekali tidak da darah Jawa atau Indonesia. Kedua, menurut saya Peter Cerey
mampu mengangkat hal-hal yang bersifat mistis menjadi bahan perdebatan dalam
ranah ilmiah. Dia mampu menghadirkan pandangan yang baru bagi saya. Peter mampu
mengangkat hal-hal yang bersifat mistis menjadi semacam kekuatan pengerak dalam
peristiwa sejarah.
Setelah
acara selesai kami kemudian mendapat makan siang dari panitia. Sperti yang
terjadi sebelumnya, minuman selalu datang terlambat. Saya sendiri heran mengapa
panitia mengulang-ulang kesalahan yang sama. Seusai makan siang kami para
delegasi Ikahimsi kembali diminta masuk ke dalam gedung untuk acara penyerahan
sertifikat dan kenang-kenangan dari panitia penyelenggara Seminar Nasional
Ikahimsi XVII di Universitas Padjajaran Jatinangor. Ketika perwakilan dari
Pendidikan Sejarah UNY diminta ke panggung untuk menerima sertifikat dan
kenang-kenangan saya yang maju.
Setelah
acara tersebut kami tidak tahu harus kemana dan berbuat apa. Tiket yang dipesan
untuk kepulangan kami adalah tiket kereta pukul 21.30 wib. Lalu saya mengajak
rekan-rekan untuk main kartu. Akhirnya kami menghabiskan waktu dengan bermain
kartu didepan gedung yang tadi kami gunakan untuk acara bedah buku. Setelah
hari sudah menjelang sore dan urusan tentang buku dari rekan kami mahasiswa UGM
selesai diputuskan kami akan langsung ke stasiun Kiara Condong untuk menunggu
kereta. Kami diantar dengan angkot miik UNPAD tetapi kali ini kami harus
membayar biaya transportasi.
Kami
kali ini bersama rombongan dari UGM, UNS, UM Lampung di angkut dengan dua
angkot. Sebelum menuju ke stasiun kami barhenti dahulu karena ada beberapa
orang yang ingin membeli oleh-oleh tahu Sumedang. Setelah membeli oleh-oleh
perjalanan dilanjtukan. Sekitar pukul tujuh kami sampai di stasiun. Karena
keberangkatan kereta masih lama dan kami belum makan malam dipuskan untuk mencari
makan malam terlebih dahulu. Kami terpecah menjadi beberapa kelompok. Saya,
Aris dan Seorang Mahasiswa dari Lampung (maaf saya lupa namanya) memutuskan
makan di warteg. Selesai makan kami tidak langsung pergi tetapi bercakap-cakap
sebentar. Kami bertukar pengalaman tentang dunia HIMA. Ketua Hima UM Lampung
ternyata adalah mahasiswa semester delapan yang sekarang lebih sibuk mengurusi
skripsi dan Hima ternyata tidak punya ruangnan sehingga pertemuan untuk rapat
dan semacamnya sering dilakukan di kos.
Setelah
banyak bercerita dengan rekan kami dari Lampung kami kemudian berkumpul dengan
rekan-rekan yang lain (UGM, UNS, UNY Ilmu). Dari UNS ada seorang mahasiswa yang
benar-benar pandai membuat lelucon. Sementara itu dari UGM ada seorang
mahasiswi yang suaranya “unik” mungkin lebih seperti suara boneka atau suara
anak kecil. Begitulah kami bercanda sambil menunggu kereta.
Singkat
cerita kami naik kereta yang hanya mengantarkan sampai ke Kutoarjo. Dari
Kutoarjo kami kemudian naik Pramex dan turun di stasiun Lempuyangan, sementara
itu rekan-rekan dari UNS melanjutkan perjalanan sampai ke Solo dengan kereta
tersebut. Setelah itu kami mencari angkutan yang bisa membawa kami sampai ke kampus.
Rekan kami dari UGM memilih naik taksi karena membawa buku yang cukup banyak.
Sementara itu kami dari UNY dan dua orang rekan kami dari Lampung naik mobil,
ya sejenis Carry untuk mengantar kami sampai kampus UNY.
Ditulis mulai Jumat 27 April 2012 di
Madiun
Dilanjutkan di Yogyakarta mulai Minggu
29 April 2012
3
komentar |