Posted on Senin, 08 September 2014 Ide Cinta

Ide Cinta
Oleh Dhani Kurniawan

.dan saya rasa jika seorang laki-laki mudah mendapatkan seorang perempuan, perasaannya tidak akan terwujud dalam cinta romantis…
(Bertrand Russel)

Saya mencoba kembali menonton sebuah film yang sudah sangat lama tidak saya tonton. Jika saya tidak salah ingat film itu untuk pertama kali saya tonton ketika saya belum duduk di bangku sekolah dasar. Film itu adalah Titanic. Sebuah film legendaris tentang peristiwa dramatis yang tercatat dalam lembar kelabu sejarah umat manusia. Saya mencoba kembali mengingat apa yang saya tangkap ketika dulu saya pertama kali menontonnya. Setelah bersusah payah, saya ingat bahwa dulu tidak ada hal mengesankan tentang film ini selain tentang kapal yang patah dan beberapa adegan yang membingungkan antara Jack dan Rose (ingat saat itu saya masih anak kecil).
Kali ini ketika usia saya sudah lebih dari dua puluh tahun da nada terlalu banyak hal yang terjadi semenjak saya pertama kali menonton film itu. Saya heran bahwa ada kesan yang sangat berbeda, ada sesuatu yang lain. Saya baru menangkap ada kisah cinta romantik di dalamnya. Kisah cinta yang terhalang status sosial. Kisah tentang perempuan yang menolak kemapanan demi kebebasan. Kisah lelaki petualang yang memenangkan hati seorang perempuan dari kelas atas. Bagi saya itu adalah kisah romantik yang dipenuhi semangat zaman reinesans, semangat zaman pencerahan, ketika tatanan lama dipertanyakan. Semangat tentang ide-ide kebebasan.
Perlahan-lahan saya merenung dan memahami bahwa setiap zaman punya kisah yang berbeda. Sosok perempuan seperti Rose dalam film Titanic bagi saya agak sulit ditemukan hari ini. Jika dulu perempuan berani mendobrak tatanan, menolak lelaki mapan bahkan kaya raya demi cinta dan kebebasan, apa sekarang masih ada perempuan seperti itu. Mungkin saya terlalu sempit dan terlalu cepat mengeneralisisr tapi rasanya ada yang berbeda saat ini. Hari ini cukup mudah menemukan perempuan yang merupakan kebalikan dari Rose. Perempuan hari ini mungkin sudah cukup realistis (untuk tidak terlalu kejam menyebutnya materalistis).
Mungkin saya terlalu naif tapi dari mata perempuan hari ini saya menangkap satu hal. Gambaran tentang masa depan yang tidak jelas menjadi hantu yang menyeruak. Tidak ada lagi sinar mata yang mendambakan cinta, kebebasan, kemerdekaan, petualangan, dan kesederhanaan. Sekali lagi mungkin saya terlalu naif tapi saya kira hari ini Rose adalah perempuan langka.
Baiklah mari kita beranjak dari pandangan saya yang sempit dan serampangan. Mari kita melihat bahwa kisah cinta dramatik adalah tema besar selama berabad-abad dan mungkin merupakan salah satu penemuan besar zaman pencerahan. Sulit membayangkan apa kisah cinta romantik akan ada hari ini jika orang-orang semacam Goethe dan Shakespeare tak pernah lahir di dunia. Jadi apakah cinta romantis, dramatis, dan ide tentang cinta sejati antara laki-laki adalah benar-benar produk manusia di suatu zaman ?
Saya tidak bermaksud membuat kesimpulan. Saya juga tidak pernah merasa sebagai orang pertama yang mempertanyakan ide cinta. Segala yang saya kemukakan di atas juga tidak akan saya ingkari, sama sekali tidak terlepas dari pengalaman pribadi saya sendiri. Jika dahulu cinta dihalangi oleh status, norma, dan kuasa maka hari ini saya rasa penghalang cinta seorang laki-laki yang terhebat adalah lelaki lain. Cinta harus lebih banyak diceritakan oleh mereka yang terkalahkan bahkan sebelum sadar bahwa perang telah dimulai. Manusia tidak boleh ingkar bahwa dunia ini bukan hanya dihuni oleh para pemenang. Ya, meskipun tentang kalah dan menang masih bisa kembali diperdebatkan. Jadi apa hari ini masih ada Jack dan Rose, Romeo dan Juliet atau Laila dan Majnun ?

Kamar Kontrakan

Awal September 2014

Posting Komentar