Posted on Minggu, 21 Oktober 2012 Keruntutan Pemahaman


Keruntutan Pemahaman
Oleh Dhani Kurniawan

Hari ini aku coba mulai menulis atau lebih tepatnya mengerjakan tugas mata kuliah  sejarah filsafat. Pada mata kuliah ini kelompokku mendapat bagian untuk mengkaji tentnag Hegel, tentu terutama tentang pemukirannya yang berkaitan dengan sejarah dan filsafat. Sudah sejak beberapa hari yang lalu aku mulai  mencoba membaca-baca tentang Hegel, aku garis bawai kata atau kalimat yang menurutku penting. Awalnya setelah kelakukan itu proses pengerjaan tugas akan menjadi muah karena aku tinggal merangkai bagian-bagian yang sudah ku tandai.
Aku mulai mengerjakannya dengan menuliskna riwayat singkat Hegel. Pekerjaan awal ini tidak terlalu sulit. Meskipun hanya ada sedikit informasi tentang riwayat hidupnya tak masalah, toh bukan itu fokus tugasku. Selanjutnya aku ulai mencoba menulis tentang pemikirannya. Pada tahap inilah kesulitan aku temui. Aku tidak punya gambaran yang mantap tentang sistematika dalam menulis pemikiran yang belum begitu aku pahami. Aku bolak-balik buku yang ada di dekatku, juga file pdf di laptopku. Aku berusaha membacanya kembali agar aku paham dan dapat meyusun kerangka tulisannku nanti. Ku bacai lagi tulisan yang kemarin sudah aku tandai. Tapi tak semudah yang ku harapkan.
Kebingungan ini membawaku untuk membaca tulisan tentang apa itu filsafat sejarah. Itu pun harus dimulai dengan kembali memahami apa itu sejarah. Padahal tentang apa itu sejarah sudah tidak seharusnya aku masih bertanya-tanya. Tetap tetap saja aku harus bangun kembali pemahamanku yang samar. Setelah aku baca dan coba pahami tentang apa itu filsafat sejarah, perlahan aku baru tahu apa kesalahanku. Kesalahan terbesarku adalah mencoba memahami pemikiran hegel padahal aku belum paham apa itu filsafat sejarah
Perlahan aku mulai sadar tentang kesalahanku yang paling mendasar. Aku terlalu sombong, melompat-lompat dalam mempelajari ilmu. Ternyata ilmu memang harus dipelajari secara runtut, secara menyeluruh, tidak boleh melompat-lompat secara serampangan. Dampak  buruk terkecil dari pelompatan dalam mempelajari ilmu adalah seperti yang aku alami. Kesulitan mendapatkan pemahaman, konstruksi, dan gamabaran. Apa yang nampak hanyalah potongan kalimat-kalimat yang seolah bijak dan punya kekuatan besar. HAnya potongan-potongan kalimat yang tidak memberikan pemahaman tentang apapun.
Mengapa aku bilang itu dampak uruk terkecil, tentu karena aku yakin ada dampak buruk yang lebih besar. Kebingungan setidaknya lebih baik daripada salah pemahaman. Salah pemahaman akan menggiring seseornag ke arah yang tidak jelas. Arah yang tidak dituntun oleh apa yang dibacanya, juga oleh kesadarannya yang utuh. Tidak menutup kemungkinan dia akan tersesat dan yang paling berbahaya adalah jika dia teguh dalam kesesatannya.
HMPS 21 Oktober 2012

Posting Komentar